PENELITIAN DAN TINDAKAN KELAS (PTK) (Update 2020)

BAB I
PENDAHULUAN

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Oleh karena itu, guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional di bidang pendidikan. Guru memegang peranan yang sangat strategis terutama dalam upaya membentuk watak bangsa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan.  Perannya sulit untuk digantikan oleh yang lain, apalagi di dalam masyarakat yang multikultural dan multidimensional, dimana peran teknologi untuk menggantikan tugas-tugas guru masih sangat minim.

Mengingat perannya yang sangat strategis dalam pendidikan, maka pengembangan profesi dan karir guru melalui berbagai upaya atau tindakan perlu dilaksanakan secara integratif dan berkelanjutan. Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi pembinaan kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Pembinaan dan pengembangan profesi guru sebagaimana dimaksud dilakukan melalui jabatan fungsional. Sementara itu, pembinaan dan pengembangan karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Pada dasarnya, pengembangan profesi dan karir tersebut diarahkan untuk meningkatkan kinerja individu dan lembaga yang berdampak positif terhadap peningkatan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan. Oleh karena itu, upaya untuk memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan dan perlindungan terhadap guru perlu diupayakan seimbang dengan peningkatan profesionalismenya yang diidentifikasikan melalui proses audit kinerja

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran. Berdasarkan jumlah dan sifat perilaku para anggotanya, PTK dapat berbentuk individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.

Banyak manfaat yang peroleh dalam mengadakan PTK. Pertama, kita tidak lagi cukup dianggap sekadar sebagai penerima pembaruan yang telah tuntas dikembangkan "di atas", melainkan ikut bertanggung jawab. Kedua, hasil penelitian dapat dijadikan sebagai perbaikan praksis, yang meliputi penanggulangan berbagai permasalahan belajar yang dialami siswa, baik yang kita ajari maupun siswa lain pada umumnya, seperti kesalahan-kesalahan konsep dalam mata pelajaran, kesulitan-kesulitan mengajar yang kita alami, termasuk para guru baru, dan sebagainya. Ketiga, hasil penelitian yang kemudian dikemas menjadi sebuah makalah akan memudahkan kita dalam upaya meningkatkan kenaikan jabatan dan golongan dalam kepegawaian kita. Keempat, penelitian yang diadakan berdasarkan "pesanan", misalnya ajakan untuk berkolaborasi dari instansi atau lembaga tertentu dan mengiming-imingi imbalan bagi guru yang berhasil mengadakan penelitian dengan sangat baik, menghasilkan kepuasan tersendiri dalam segi finansial yang mudah-mudahan mampu meningkatkan kesejahteraan.

Sebagaimana telah diisyaratkan, PTK dapat dilakukan untuk menyelesaikan macam-macam permasalahan yang muncul di dalam kelas/sekolah. Sebagai contoh, seorang guru mungkin menghadapi berbagai permasalahan dalam pelaksanakaan tugas-tugasnya, seperti meningkatkan motivasi belajar siswa, menerapkan metode pembelajaran, mengembangkan kegiatan laboratorium, mengembangkan bentuk pekerjaan rumah, mengembangkan bentuk-bentuk karya ilmiah dan sebagainya. PTK memiliki sejumlah karakteristik, antara lain:

1.  Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian;

2. Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan "sekali tembak" selesai pelaksanaannya;

3. Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat lain yang konteksnya mirip;

4. Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang diteliti pula;

5. Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti;

6. Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian;

7. Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah besar;

8. Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian;

9. Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit; dan;

10.Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.

Tujuan PTK adalah:

1. Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran;

2.   Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru;

3. Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu;

4. Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya;

5. Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran;

6.   Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru; dan

7.  Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.

Sementara itu, manfaat PTK adalah:

1.   Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah;

2.  Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung professionalisme dan karir guru;

3.  Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran;

4.   Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa;

5. Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan; dan

6. Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

Untuk melaksanakan PTK ada prosedur yang harus diikuti oleh guru sebagai pelaksana PTK, yaitu:

1. Menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah dengan berbagai metode atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan merumuskan masalah baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6) menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK.

2. Melasanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.

3. Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksnaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan rumusan saran.

4.  Menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis. Inilah laporan PTK.

 

Hasil-hasil PTK diharapkan dapat ditumpahkan dalam bentuk tulisan ilmiah oleh guru. Namun sangat disayangkan bahwa penulisan hasil penelitian tersebut hanya sebagian kecil saja yang dipublikasikan baik pada majalah ilmiah regional, nasional maupun internasional, akibatnya tujuan akhir dari penelitian yang diharapkan dapat berguna untuk kepentingan masyarakat belum dapat terwujud secara maksimal.

Rendahnya jumlah karya tulis ilmiah ini disebabkan salah satunya adalah karena rendah dalam minat menulis karya ilmiah. Karena tradisi ilmiah untuk menulis atau melakukan penelitian di antara guru juga masih rendah. Rendahnya tradisi menulis ilmiah juga dipengaruhi adanya cara pandang yang salah terhadap penulisan karya ilmiah, yakni adanya anggapan kalau menulis itu membuang-buang waktu, pemborosan biaya dan lainnya, selain memang kemampuan guru untuk menulis karya ilmiah hasil masih sangat rendah akibat memang guru belum memiliki kemampuan melakukan PTK.

Jika diamati, sebagian besar kegiatan guru di madrasah lebih berorientasi pada misi pendidikan dan pengajaran di kelas, sedangkan visi dan misi ilmiah dalam bentuk penulisan dan publikasi ilmiah sering terabaikan. Implikasi dari kenyataan tersebut, penulisan dan publikasi karya ilmiah di kalangan guru masih memprihatinkan yang ditandai dengan rendahnya produktivitas guru dalam menulis dan mempublikasikan karya ilmiah, termasuk di dalamnya pemakaian bahasa Indonesia ragam tulis ilmiah. Kondisi ini seringkali menyebabkan guru menghadapi masalah dalam kenaikan pangkat dan perolehan angka kredit, khususnya kewajiban melakukan kegiatan pengembangan profesi.

Kegiatan pengembangan profesi guru terdiri dari: (1) Penulisan Karya Tulis Ilmiah, meliputi Laporan Penelitian, Makalah, Laporan Hasil Pembelajaran, Buku, Modul, dan Diktat; (2) Pembuatan Alat Pelajaran; (3) Penciptaan Karya Teknologi Tepat Guna; (4) Penciptaan Karya Seni; dan (5) Penyusunan Naskah Pendidikan/Pembelajaran berskala nasional (kurikulum, standar pendidikan, pedoman, petunjuk teknis, bahan ajar, soal, dll).

Selain itu, katanya, kebiasaan menulis atau melakukan penelitian juga menambah nilai atau kredit poin bagi guru sendiri, termasuk untuk kepentingan di lingkungan akademis. Idealnya, setiap karya tulis yang dihasilkan guru diorientasikan untuk dipublikasikan, sehingga akan menggugah guru untuk selalu berkarya. Mereka inilah yang berkepentingan untuk pengembangan ilmu pengetahuan serta pemecahan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.

Dengan demikian, akan diketahui peta karya ilmiah guru yang bersangkutan. Karya tulis dan publikasi ilmiah guru dapat dijadikan tolok ukur, indikator, serta barometer kualitas dan keunggulan pendidikan (madrasah) yang bersangkutan. Penulisan dan publikasi karya ilmiah yang dihasilkan oleh setiap guru dan tenaga kependidikan lainnya hendaknya dijadikan ajang pengembangan keilmuan dan profesi yang ditekuninya. Namun, tidak tertutup kemungkinan, penulis karya ilmiah dapat menuliskan karyanya semata-mata karena motivasi pengumpulan angka kredit atau atas permintaan masyarakat, seperti makalah untuk seminar atau pelatihan, walaupun hal-hal seperti itu sebaiknya tidak dijadikan motivasi utama dalam menulis dan mempublikasikan karya ilmiah. Yang lebih esensial adalah misinya pada kecintaan serta kemampuannya dalam bidang keilmuan dan profesi yang ditekuninya dalam kerangka pengembangan ilmu di Indonesia. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu kendala yang dihadapi pengembangan ilmu di Indonesia adalah kecilnya jumlah dan rendahnya mutu karya ilmiah yang diterbitkan guru ataupun ilmuwan/cendekiawan setiap tahun.

 

BAB II
KONSEP DASAR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 

Munculnya PTK dilatarbelakangi oleh banyaknya penelitian pendidikan yang dilakukan oleh para peneliti yang tidak berhubungan langsung dengan subyek penelitian. Hasilnya berdampak pada kebijakan yang kebanyakan berlaku umum, namun acapkali tidak secara langsung sesuai dengan kebutuhan pada setiap interaksi pembelajar-pemelajar yang sifatnya khas dan setempat. Disamping itu hasil penelitian yang dilakukan peneliti pada umumnya tidak langsung diterapkan di lapangan.

Bertolak dari hal-hal tersebut maka muncul pemikiran mengapa penelitian tidak langsung saja dilakukan oleh guru sebagai pengajar yang mengetahui dengan pasti kebutuhan pemelajar yang sangat dikenalnya. Dengan demikian hasil penelitian dapat diterapkan langsung dan cocok dengan situasi dan kondisi setempat.

Penelitian tindakan kelas atau penelitian kaji tindak merupakan bagian dari penelitian kelas yang dilakukan oleh guru/ pengajar. Sebagai penelitian guru/ pengajar, jenis penelitian ini bertujuan menemukan solusi permasalahan proses belajar mengajar, di antaranya untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa, inovasi proses belajar mengajar, dan mengembangkan pemahaman serta keahlian melaksanakan proses belajar mengajar.

Sebagai suatu penelitian kelas, PTK dapat menjelaskan hasil assessment, menggambarkan setting kelas secara periodik, dan mengenali adanya kesulitan dalam proses belajar mengajar ; baik dari segi guru/pengajar, siswa/mahasiswa, maupun interaksi komponen-komponen pembelajaran (bahan ajar, media, pendekatan, metode, strategi).

I. Konsep Dasar Penelitian Tindakan

Penelitian pendidikan pada umumnya kurang menarik bila dibandingkan dengan penelitian bidang ilmu, karena penelitian bidang ilmu hasilnya dapat terlihat  langsung untuk digunakan. Hasil penelitian pendidikan tidak dapat dinikmati secara langsung, menginat pembentukan pengetahuan sosial perlu waktu lebih panjang. Selain hal itu pembelajar sebagai subjek penelitian sangat bervariasi dan pemahamannya bersifat subjektif serta spesifik. Pembentukan kepercayaan pribadi juga memerlukan waktu yang tidak sedikit Bertolak dari pendapat tersebut, maka penelitian pendidikan menekankan perlunya :

a)    kejelasan hakekat yang diteliti

b)    disadari sebagai penelitian sosial yang bersifat kumulatif dalam pembentukan pengetahuan (body of knowledge)

c)    menggunakan bahasa yang dapat menjembatani pihak peneliti dan pengguna (guru).

Masalah filosofis utama penelitian pendidikan meliputi arti yang dinyatakan, kebenaran yang dituntut, verifikasi dari kesimpulan yang dicapai, konseptualisasi masalah dan pemecahannya, keobjektifan inkuiri yang ditempuh, kemampuan mengenal realita.

Penelitian pendidikan dianggap penting terutama peranannya dalam perbaikan praktek pendidikan. Beberapa manfaat penelitian pendidikan di antaranya :

a) Pendidik perlu secara terus menerus mencoba memahami proses pendidikan dan harus membuat keputusan professional

b) Kebijakan kelompok non-pendidikan, seperti negara, dinas, pengadilan; mandatnya makin meningkat untuk mengubah pendidikan.

c) Perhatian dan upaya publik, professional, kelompok-kelompok swasta, dalam meningkatkan kegiatan penelitian mereka.

d)  Review penelitian sebelumnya diinterpretasikan sebagai pengumpulan bukti empiris.

e)  Penelitian pendidikan diperlukan secara langsung atau segera.

f)  Banyak pendidik yang bukan sepenuhnya peneliti, membaca hasil penelitian lalu melakukan studi.

g)  Penelitian membarikan informasi yang valid dan reliable untuk pengambilan keputusan dalam praktek dan kebijakan pendidikan.

Adapaun berbagai konsep tentang penelitian tindakan dapat diuraikan berikut ini:

a.  Penelitian Tindakan Partisipatori (Partisipatory Action Research)

Biasanya dilakukan sebagai strategi transformasi sosial yang menekankan pada keterlibatan masyarakat, rasa ikut memiliki program, dan analisis problem sosial berbasis masyarakat.

Di sini suatu rekayasa untuk perubahan sosial direncanakan, kemudian dilakukan, diamati dan dievaluasi/ dilakuakan refleksi setelah berjalan selama jangka waktu tertentu.

b.  Penelitian Tindakan Kritis (Critical Action Research)

Biasanya dilakukan oleh kelompok yang secara kolektif mengkritisi masalah praktis, dengan penekanan pada komitmen untuk bertindak menyempurnakan situasi, missal hal-hal yang terkait dengan ketimpangan jender atau ras.

Kelompok peneliti masuk dan bergabung dengan kelompok sasaran, untuk mngetahui lebih dalam berbagai hal yang menjadi focus riset aksi, sambil melakukan tindakan yang telah direncanakan bersama kelompok sasaran.

c.  Penelitian TIndakan Institusional (Instututional Action Research)

Biasanya dilaksanakan oleh pihak menejemen atau organisasi untuk meningkatkan kinerja, proses dan produktivitas dalam suatu lembaga. Intinya juga tindakan yang berupaya memecahkan masalah-masalah organisasi atau menejemen melalui pertukaran pengalaman secara kritis.

Riset aksi dilakukan bersama konsultan yang memiliki keahlian di dalam melakukan tindakan perubahan dalam rangka meningkatkan kinerja organisasi atau menejemen.

d.  Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Biasanya dilakukan oleh guru di kelas atau sekolah tempat ia mengajar, dengan penekanan padfa penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pengajaran.

Guru merencanakan perubahan yang akan dilakukan bersama dengan para siswa bersama observer lainnya (jika ada) sambil melakukan observasi, dan proses mengajar berlangsung sesuai dengan jadwal belajar seperti biasanya.

 

Aktivitas ini dilakukan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dengan berbagai cara, antara lain dengan penyediaan sarana/prasarana belajar, peningkatan kualitas guru, penambahan alokasi biaya, pengembangan pengetahuan dan ketrampilan pembelajaran untuk para guru, pengembangan ilmu melalui penelitian maupun berbagai kegiatan lainnya.

Pendidik waktu melaksanakan tugas sebagai guru dihadapkan pada tugas mengambil keputusan tentang bagaimana merencanakan pembelajaran, membimbung siswa, mengelola kelas, mengevaluasi dan berbagai banyak tugas lagi. Sebagai pendidik, guru dutuntut untuk mengembangkan diri baik untuk diri sendiri maupun untuk pengembangan dan kepentingan peserta didik dengan berbagai cara. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk pengembangan pengetahuan atau penyelesaian masalah pendidikan adalah dengan mengadakan penelitian khusus tentang pendidikan, atau penelitian mengenai berbagai kasus di kelas.

Pada kenyataannya masalah-masalah pendidikan saling berkaitan satu sama lainnya, misalnya: masalah kualitas pendidikan, kurangnya sarana/prasarana, kedisiplinan dan sebagainya. Kenyataan kegiatan yang dilakukan oleh para guru/dosen dalam proses belajar mengajar sering kali mendapatkan banyak kendala yang ditimbulkan dari para peserta didik, misalnya kurangnya kemampuan dalam hal bertanya, media elektronik sederhana, kelas yang pasif, menyelesaikan tugas tepat waktu dan lain-lain.

Kendala tersebut seharusnya dipandang sebagai hasil interaksi antara guru dan siswa. Dari kondisi ini para guru seharusnya perlu melakukan suatu refleksi terhadap semua tindakan dalam rangka proses pembelajaran yang telah dilakukan.Untuk selanjutnya guru dapat mengidentifikasi berbagai masalah yang berkaitan dengan dirinya sendiri dikelas, sehingga akhirnya dari berbagai identifikasi masalah tersebut guru dapat memfokuskan pada masalah masalah actual yang perlu dicari pemecahannya dan yang mampu dalam jangkauan guru itu sendiri.

Selanjutnya dalam menangani persoalan persoalan dikelas guru dapat bekerjasama dengan teman sejawat/sesama guru (berkolaborasi) sehingga kegiatan yang dilakukan dalam menangani masalah dikelas akan lebih baik dan terjadi penularan (transfer of learning) pengetahuan.

Pemecahan pemecahan masalah diatas antara lain melalui tindakan kelas ataupun tindakan kelas kolaborasi. Hal ini juga sejalan dengan era globalisasi dimana para guru tidak lagi hanya dianggap sebagai penerima pembaharuan, akan tetapi mereka ikut bertanggung jawab dalam pengembangan proses pembelajarannya sendiri dengan beberapa cara antara lain: mengadakan penelitian tindakan kelas (classroom action research).

Penelitian tindakan kelas saat ini berkembang dengan pesat dinegara -negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia dan Kanada. Jenis penelitian ini dapat menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih berdampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan profesionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas atau mengimplementasikan berbagai program di sekolahnya dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Dengan demikian melalui penelitian tindakan kelas, guru/pendidik langsung memperoleh “teori” yang dibangunnya sendiri, bukan diberikan olah pihak lain, maka guru dapat menjadi “The Theorizing Practitioner”.

 

2.    Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

PTK terutama ditujukan untuk perbaikan proses belajar mengajar. Penelitian ini dilakukan oleh guru dan diaplikasikan langsung di dalam kelas. Selanjutnya penelitian ini dapat memecahkan masalah dalam proses dan hasil belajar, sehingga merupakan solusi langsung atau cepat /segera atas pemasalahan proses belajar mengajar (Kemmis dan Taggart, 1990). Jadi secara khusus tujuan utama PTK adalah memperbaiki praktek pendidikan dan bukan menghasilkan ilmu baru ( Elliott, 1991).

Mengingat pentingnya PTK seperti dipaparkan di atas, maka karakteristik PTK ialah:

On the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah yang riil yang muncul dari dunia kerja peneliti/ yang ada dalam kewenangan/ tanggung jawab peneliti). Ini berarti masalah yang diteliti adalah masalah-masalah yang riil/nyata yang dihadapi sehari-hari. Kalau peneliti adalah seorang guru, maka masalah-masalah yang diteliti adalah masalah kelas/sekolah yang merupakan tanggung jawab utamanya. Sebagai contoh, classroom-based action research adalah jenis riset oleh guru yang berfokus pada masalah-masalah yang ada di kelas/sekolah. Ciri classroom-based action research ini diwarnai oleh pendekatan interpretivisme, yaitu orang paling tahu masalah-masalah kelas adalah guru itu sendiri, bukan orang lain (outsiders).

Problem solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). Penelitian-penelitian yang hanya menghasilkan pengertian/pemahaman seperti pada riset empirisme dan interpretivisme dianggap tidak bermanfaat (meaningful), karena tidak memecahkan masalah.

Improvement Oriented (berorientasi pada peningkatan kualitas). Action Research menegaskan pentingnya masing-masing komponen dari suatu sistem organisasi itu berkembang (berubah lebih baik). Kalau sistem itu sekolah, maka komponen-komponen sekolah itu (guru, siswa, kepala sekolah, lingkungan kelas/sekolah) harus berkembang lebih baik. Konsep ini diwarnai oleh prinsip riset kritikal: penelitian harus menghasilkan produk perubahan (product oriented).

Multiple data collection (berbagai cara koleksi data dipergunakan). Untuk memenuhi prinsip critical approaches (kebenaran itu subyektif/problematik) berbagai cara pengumpulan data umumnya digunakan seperti: (a) observasi, (b) tes, (c) wawancara, (d) questionaires dan sebagainya. Semua cara ini difokuskan untuk mendapatkan validasi hasil riset, mengingat kebenaran (realitas) itu di samping subyektif juga problematik. Dengan penerapan semua cara kolektif data tersebut, apa yang sebenarnya disebut kebenaran/realita dapat lebih diungkap.

Cyclic (siklis) konsep tindakan (action) pada dasarnya diterapkan melalui urutan-urutan planning, observing, action dan reflecting secara siklus yang pada hakekatnya menggambarkan pemikiran kritis dan reflektif (critical/reflective thinking) terhadap efektivitas kepemimpinan atas tindakan. Dampak suatu tindakan tersebut selalu diikuti secara kritis dan reflektif.

Participatory (collaborative). Peneliti bekerjasama dengan orang lain (ahli) melakukan setiap langkah penelitian action research, seperti: planning, observing, thinking action dan reflecting. Ciri ini dipengaruhi oleh prinsip cricalisme, yaitu kebenaran/realita itu problematik sehingga pendekatan terhadap masalah harus participatory untuk meningkatkan pengamatan.

 

3. Prinsip-prinsip penelitian tindakan kelas

Menurut Hopkins (1993) ada 6 prinsip penelitian tindakan kelas, yaitu:

Pekerjaan utama seorang guru adalah mengajar, sehingga dalam melakukan penelitian tindakan kelas seyogyanya tidak berpengaruh pada komitmennya sebagai pengajar. Ada tiga kunci utama yang harus diperhatikan, yaitu: Pertama, guru harus menggunakan berbagai pertimbangan serta tanggung jawab profesionalnya dalam menemukan jalan keluar jika pada awal penelititan didapatkan hasil yang kurang dikehendaki. Kedua, interaksi siklus yang terjadi harus mempertimbangkan keterlaksanaan kurikulum secara keseluruhan. Ketiga, acuan pelaksanaan tiap siklus harus berdasarkan pada tahap perancangan bukan pada kejenuhan informasi.

Metode pengumpulan data yang dipergunakan tidak menuntut waktu yang berlebihan dari guru sehingga tidak berpeluang mengganggu proses pembelajaran. Dengan kata lain, sejauh mungkin harus menggunakan prosedur pengumpulan data yang dapat ditangani sendiri oleh guru sementara ia tetap aktif berfungsi sebagai guru yang bertugas secara penuh.

Metode yang digunakan harus bersifat reliable sehingga guru dapat mengidentifikasikan serta merumuskan hipotesis dengan penuh keyakinan. Pada dasarnya, penelitian ini memperbolehkan ”kelonggaran-kelonggaran” namun penerapan asas-asas dasar telaah taat kaidah tetap harus diperhatikan.

Masalah penelitian diusahakan berupa masalah yang tidak bertolak dari tanggung jawab profesionalnya, hal ini bertujuan agar guru tersebut memiliki komitmen terhadap pengentasannya.

Dalam penyelenggaraan penelitian tindakan kelas, guru harus bersikap konsisten menaruh kepedulian tinggi terhadap prosedur etika yang berkaitan dengan pekerjaannya. Prakarsa penelitian harus diketahui oleh pimpinan lembaga, disosialisasikan kepada rekan-rekan serta dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah kajian ilmiah.

Menggunakan tindakan perspektif kelas. Meskipun kelas merupakan cakupan tanggung jawab seorang guru, namun dalam pelaksanaan penelitian sejauh mungkin harus menggunakan tindakan perspektiv kelas dalam arti permasalahan tidak dilihat terbatas dalam konteks kelas dan atau pelajaran tertentu, melainkan dalam perspektif misi sekolah secara keseluruhan.

 

4.Tujuan dan manfaat 

Tujuan penelitian tindakan kelas, antara lain:

1)    Untuk perbaikan dan atau peningkatan praktek pembelajaran

2)    Peningkatan layanan profesional guru dalam menangani proses pembelajaran.

Pendapat dari Mc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk perbaikan; yang harus dimaknai dalam konteks proses belajar khususnya, implementasi program sekolah umumnya; dengan sudut tinjauan yang lebih dititikberatkan pada sisi pengembangan staff, Borg (1986) menyebutkan secara eksplisit bahwa tujuan utama ialah pengembangan ketrampilan guru yang bertolak dari kebutuhan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pembelajaran aktual yang dihadapi di kelasnya.

 Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Dengan tertumbuhkannya budaya meneliti yang merupakan dampak dari pelaksanaan tindakan secara berkesinambungan, maka manfaat yang dapat diperoleh secara keseluruhan yaitu label inovasi pendidikan karena para guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara semakin mandiri. Sikap mandiri akan memicu lahirnya ”percaya diri” untuk mencoba hal-hal yang baru yang diduga dapat menuju perbaikan sistem pembelajaran. Sikap ingin selalu mencoba akan memicu peningkatan kinerja dan profesionalisme seorang guru secara berkesinambungan.

 

BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

Secara garis besar prosedur penelitian tindakan mencakup empat taraf : perencaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflekting) yang dapat digambarkan sebagai berikut :

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

1. Perencanaan (Planning) Tindakan

a. Identifikasi Masalah, merupakan tahap pertama dalam serangkaian penelitian. Oleh sebab itu identifikasi masalah merupakan tahap penting dalam pelaksanaan riset. Kualitas riset pun dapat ditentukan oleh kualitas masalah yang diteliti. Masalah yang asal-asalan dapat menyebabkan pemborosan energi sebab riset tidak membawa temuan yang bermanfaat. Tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan classroom action research (CAR). Untuk itu beberapa langkah berikut dapat diikuti dengan seksama sebagai cara untuk menemukan masalah dapat diketahui dengan CAR. Identifikasi penyebab masalah, kemungkinan-kemungkinan penyebab munculnya masalah dapat dijabarkan melalui brainstorming, analisis penyebab munculnya masalah dapat dijelaskan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah tersebut, misalnya: (a)  mengembangkan angket (b) mewawancarai siswa dan (c) melakukan observasi langsung di kelas.

b.   Formulasi Solusi dalam bentuk Hipotesis Tindakan

Kegiatan planning terdiri dari proses identifikasi dan identifikasi penyebab masalah. Hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan penelitian tindakan kelas. Untuk menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, guru dapat melakukan:

1).  Kajian teoritik di bidang pembelajaran

2).  Kajian hasil penelitian yang relevan

3). Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya.

4). Kajian pendapat dan saran pakar khususnya yang dituangkan dalam bentuk program.

5). Merefleksikan pengalaman sendiri sebagai guru.

 

Dari hasil kajian tersebut, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan adalah:

Rumuskan alternatif tindakan perbaikan berdasarkan hasil kajian

·  Setiap alternatif tindakan perbaikan perlu dikaji ulang dan dievaluasi dari segi relevansinya dengan tujuan, kelaikan teknis secara keterlaksanaannya.

· Pilih alternatif tindakan serta prosedur implementasi yang paling memberi peluang untuk mewujudkan hasil yang optimal.

c.   Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengkaji kelaikan hipotesis tindakan adalah:

-  Implementasi akan berhasil apabila didukung oleh kemampuan dan komitmen guru.

-  Kemampuan siswa balk dari segi fisik, psikologis, sosial budaya maupun etik.

-  Fasilitas dan sarana pendukung

-  Iklim belajar di kelas

-  Dukungan pimpinan maupun rekan sejawat

d.   Analisis Kelaikan Hipotesis Tindakan

Langkah-langkah persiapan dilakukan dengan memperhatikan hal berikut :

-   Membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan bentuk-bentuk kegiatan siswa

-    Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang dioperlukan

-  Mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan

- Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan perbaikan untuk menguji keterlasksanaan rancangan tindakan

Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas diawali dengan kesadaran adanya masalah yang dirasakan menganggu proses pembelajaran. Bertolak dari kesadaran adanya permasalahan, guru baik sendiri maupun dalam kolaborasi dengan teman sejawat yang menjadi mitranya kemudian menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam dengan data lapangan ataupun kajian pustaka yang relevan.

 

2.   Pelaksanaan Tindakan (Acting) dan observasi-Interpretasi

Pelaksanaan Tindakan

Action tersebut dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Langkah-langkah praktis tindakan diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan? Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi kolaborator saya? Siapa yang mengambil data? Pada saat pelaskanaan ini, guru benar-benar harus terlebih dahulu memahami masing-masing siswa jangan sampai ada yang menjadi obyek tindakan. Membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus dihindarkan.

Pengamatan/observasi (Observing) dan Interpretasi

Observing adalah kegiatan pengamatan untuk memotret sejauh mana efektivitas kepemimpinan atas tindakan telah mencapai sasaran. Efektivitas kepemimpinan atasan dari suatu intervensi terus dimonitor secara reflektif. Selain itu peneliti menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan data dan alat koleksi data (angket/wawancara/observasi dan lain-lain).

Observasi kelas akan memberi manfaat apabila pelaksanaannya diikuti Balkan (review discussion). Diskusi Bahkan akan bermanfaat jika:

-  Diberikan tidak lebih dari 24 jam setelah observasi

-  Dilakukan dalam suasana yang mutually supportive dan non threatening

-  Bertolak dari rekaman data

-  Diinterpretasikan secara bersama-sama

-  Pembahasannya mengacu pada penetapan sasaran serta pengembangan strategi perbaikan untuk menentukan rencana berikutnya.

 

3.    Analisis dan Refleksi (Reflecting)

Reflecting adalah kegiatan mengulas secara kritis tentang perubahan yang terjadi yaitu siswa, suasana kelas dan guru. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how) dan sejauhmana (to what extenct) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan-rekan akan memainkan peran sentral peneliti untuk mengetahui sejauhmana action membawa perubahan, kekurangan dan kelebihan langkah-langkah 

Sebagaimana telah diisyaratkan, hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah penelitian yang telah dilaskanakan telah dapat mengatasi yang memicu penyelanggaraan penelitian tindakan kelas atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau apabila perlu, dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.

Suatu siklus dalam penelitian tindakan kelas sebenarnya dapat ditentukan lebih dulu jumlahnya, sebab sesuai dengan hakekat permasalahan yang kebetulan menjadi pemicunya, karena masalahnya dapat diselesaikan. Dengan demikian dapat dikatakan, banyak sedikitnya jumlah siklus dalam penelitian tindakan kelas itu tergantung pada terselesaikan masalah yang diteliti dan  munculnya faktor-faktor lain yang berkaitan dengan masalah itu. Di pihak lain, memang ada kemungkinan bahwa jumlah siklus tindakan perbaikan itu dapat diperkirakan sebelumnya berdasarkan bobot masalah yang dijadikan sasaran garapan penelitian tindakan kelas dengan mempertimbangkan kondisi siswa, guru dan faktor input dan proses lainnya (Sugiyanto, 1986).

 

BAB IV
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

 

Proposal PTK seperti halnya proposal penelitian-penelitian lainnya mengandung empat unsur utama, yaitu judul penelitian, pendahuluan, tinjauan pustaka, dan metodologi penelitian. Judul penelitian ditulis sesuai dengan judul yang akan diteliti. Pendahuluan mengandung unsur-unsur latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian. Tinjauan pustaka memaparkan singkat tentang landasan pustaka yang mendasari panalitian yang akan dilakukan. Metodologi penelitian meliputi subjek penelitian, desain studi, langkah-langkah tindakan, instrumen penelitian dan teknik analisis data.

Di antara komponen-komponen proposal tersebut, yang paling menentukan dalam PTK adalah kejelasan langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan yang meliputi :

a)   perencanaan meliputi pengembangan rencana kritis untuk memperbaiki kesulitan/ masalah yang ada.

b)  tindakan dan observasi meliputi melakukan tindakan untuk mengmplementasikan rencana yang telah dibuat, sambil melakukan observasi terhadap akibat  tindakan yang dilakukan dalam konteksnya.

c)  refleksi yaitu melakukan evaluasi terhadap akibat tindakan yang telah dilakukan sebagai dasar pembuatan perencanaan lebih lanjut.

Selanjutnya dibuat perencanaan untuk siklus ke dua, yang diikuti tindakan dan observasi, serta refleksi lagi, dan seterusnya dibuat untuk siklus ke tiga dan seterusnya.

1.    Penyusunan Proposal Penelitian Tindakan Kelas

Suatu proposal penelitian tindakan, memberikan rancangan yang cukup jelas dan akurat tentang judul, masalah, kajian teori, hipotesis. Pengembangan instrrumen, dan analisis data. Komponen-komponen penting dalam proposal penelitian tindakan umumnya mencakup:

a.  Judul proposal

Dalam judul; proposal sudah terlihat masalah yang diteliti dan intervensi (action) apa yang akan dilaksanakan.

b.   Permasalahan

(1)  Deskripsi masalah

Masalah dideskripsikan secara jelas dan nyata, guru berwenang untuk memecahkan masalah yang mendesak untuk dipecahkan dan mudah dilaksanakan dilihat dari segi waktu, sarana prasarana dan daya dukung lainnya.

(2)  Identifikasi penyebab masalah

Identifikasi penyebab dilakukan dengan cara yang lebih sistematis, yaitu dengan proses kolaborasi dan digunakan alat koleksi data seperti angket, wawancara, analisis dokumen hasil ulangan.

c.  Perumusan Masalah

Masalah dirumuskan dalam kalimat pernyataan dan secara jelas terlihat aspek-aspek: what, who, where, when,  dan how.

d.  Cara pemecahan

Cara pemecahan masalah harus menunjukkan akar masalah, bentuk intervensi yang diusulkan diuraikan dalam tahap-tahap planning, acting, observing dan reflecting.

e.  Tujuan  dan manfaat penelitian

1)    Tujuan umum

Uraikan secara garis besar indikator keberhasilan secara umum.

Tujuan khusus

Tujuan yang diuraikan lebih rinci dan jelas sehingga tampak indikator keberhasilan baik secara kualitatif mau pun kuantitatif.

2)   Kemanfaatan Hasil Penelitian

Kemanfaatan hasil penelitian berisi uraian tentang hasil yang sangat potensial untuk memperbaiki pembelajaran dikelas.

f.   Kerangka teoritik dan hipotesis tindakan

1)   Kerangka Teoritik

Landasan teoritik tentang urgensi tindakan diuraikan secara jelas dalam dukungan pustaka terakhir.

2)   Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan berisi pernyataan secara jelas tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi akar masalah yang didukung oleh kerangka teoritik.

g.  Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian diuraikan sesuai langkah penelitian tindakan, mencakup lebih dari satu siklus, tiap siklus menggambarkan intervensi yang jelas.

h.  Pengembangan Instrumen

Perlu diuraikan jenis data yang akan dikaji serta instrument apa yang cocok.

i.   Analis data

Perlu diraikan bagaimana data dikumpulkan, dicek validitasnya (melalui teknik triangulasi).

j.   Penentuan Kolaborasi

Perlu dijelaskan identitas dan perannya.

k.  Jadwal Kegiatan

Diuraikan secara rinci tiap siklus

l.   Daftar Pustaka

Uraian pustaka yang selaras dengan kerangka teoritik yang tidak relevan tidak perlu dicantumkan.

2.    Presentasi Proposal

Pada prinsipnya proposal penelitian tindakan kelas adalah sama dengan proposal penelitian ilmiah lainnya, berikut beberapa hal yang seharusnya diperesentasikan dalam presentasi proposal yakni berisi :

a. Judul penelitian

Judul yang baik ditulis dengan singkat dan spesifik. Judul juga tidak menimbulkan tafsiran yang berbeda-beda, dapat menggambarkan masalah yang akan diteliti dan menunjukkan langkah pemecahan permasalahan. Ruang lingkup penelitian PTK dapat mengacu kepada beberapa topik kajian seperti berikut ini:

1)  Pembelajaran di kelas (termasuk di dalam tema ini antara lain: cara belajar siswa di kelas, proses pembelajaran, bahan ajar dan lainnya)

2)  Desain dan strategi pembelajaran di kelas (termasuk di dalam teman ini: pengelolaan dan prosedur model-model pembelajaran, implementasi dan inovasi metode pembelajaran, interaksi dan komunikasi di dalam kelas dan lainnya)

3)  Alat bantu, media dan sumber belajar baik elektronik maupun non-elektronik (termasuk dalam tema ini antara lain: penggunaan media, perpustakaan, sumber belajar di dalam/di luar kelas dan lainnya)

4)   Sistem evaluasi pembelajaran (termasuk dalam tema ini antara lain: evaluasi awal, proses dan akhir pembelajaran, pengembangan instrumen evaluasi berbasis kompetensi, portofolio dan lainnya)

5)  Implementasi kurikulum dalam pembelajaran (termasuk dalam tema ini antara lain: Implementasi KTSP, pengembangan silabus, pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran dan lain-lain)

Halaman judul dilengkapi dengan nama dan instansi pengusul. Setelah halaman judul dilanjutkan dengan halaman pengesahan proposal PTK, yang berisi Judul, Ketua Peneliti, jumlah peneliti, lokasi penelitian, kerjasama dengan instansi lain, waktu penelitian, serta biaya yang diperlukan.

Contoh Judul PTK : ”Penerapan  Model Pembelajaran  Learning Starts With a Question pada Pembelajaran Mapel Fiqih Materi Pokok  Makanan yang Halal  dan Haram sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Bertanya Siswa Klas V MI Miftahul Ulum Sugihmanik Tanggungharjo Grobogan Tahun 2009”.

b. Pendahuluan

Berisi hal-hal yang melatar belakangi perlunya penelitian dilakukan. Pada prinsipnya menggambarkan kondisi yang terjadi dibandingkan dengan kondisi yang diharapkan, permasalahan yang terjadi, pentingnya masalah tersebut untuk diteliti, dan manfaat yang diharapkan dari temuan penelitian.

c. Perumusan masalah

Perumusan masalah dapat dikemukakan dalam kalimat naratif berupa pernyataan ataupun kalimat pertanyaan yang problematik. Apabila dinyatakan dalam bentuk pernyataan, biasanya dikemukakan melalui tahapan-tahapan diagnosis permasalahan, terapi yang digunakan untuk memecahkan masalah dan gambaran keberhasilan atau keefektifan tindakan. Sedangkan dalam bentuk pertanyaan biasanya langsung menyusun daftar pertanyaan sebagai permasalahan penelitian (research question).

d. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan

Pada bagian dijelaskan landasan keilmuan yang terkait dengan konteks pemecahan permasalahan. Sedapat mungkin di usahakan agar mempertimbangkan kemutakhiran, dan relevansi bahan pustaka. Di akhir bagian ini biasanya dirumuskan kerangka berfikir yang dilanjutkan dengan rumusan hipotesis tindakan.

e. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menggambarkan semua unsur yang terkait dengan harapan-harapan yang dilandasi oleh adanya kondisi riel yang perlu ditingkatkan.

f. Manfaat penelitian

Pada PTK penelitian tentu saja akan memberikan kontribusi pada sekolah, peneliti, dan subjek yang diteliti.

g. Metode penelitian

Metode penelitian dituliskan secara jelas dan rinci tentang:

1). Setting atau lokasi penelitian, disini dituliskan identitas sekolah dan kondisi subjek   yang diteliti.

2).  Subjek yang terlibat sebagai peneliti, kolaborator atau partisipan,

3).  Alat-alat dan teknik pengumpulan data,

4).  Rencana tindakan, yaitu langkah yang ditempuh ,

5).  Jenis dan sumber data,

6).  Teknik pengumpulan data, teknik analisa data, dan

7).  Kriteria, indikator evaluasi dan refleksi.

h. Personalia Penelitian

Berisi identitas tim peneliti. Disertakan pula kurikulum vitae yang menunjukkan bidang keahlian dan latar belakang yang relevan dengan penelitian yang

dilaksanakan. Disamping itu perlu juga dirinci nama, tugas dan volume kerja.

i. Rencana Pembiayaan Penelitian

Meliputi jenis pengeluaran dan besarnya nilai biaya yang dikeluarkan. Biaya secara garis besarnya meliputi biaya persiapan, biaya operasional, dan biaya pelaporan.

j. Jadwal Rencana Kerja

Jadwal kerja menggambarkan waktu pelaksanaan penelitian. Ini diawali dari penysunan proposal hingga pelaporan. Biasanya jadwal kerja disusun dalam metrik.

k. Daftar Pustaka

Daftar pustaka berisi semua rujukan yang digunakan dalam penyusunan proposal. Pustaka yang diacu didalam isi tercantum dalam daftar pustaka, demikian pula pustaka yang ada di dalam daftar pustaka tercantum sebagai sumber acuan di bagian isi. Daftar pustaka dapat disusun berdasarkan urutan alfabet nama penulis yang dirujuk.

 

l. Lampiran

Berisi semua pendukung yang diperlukan seperti instrumen yang digunakan, kurikulum vitae peneliti dll.

 

Pelaporan Hasil PTK

Laporan hasil penelitian adalah dokumen ataupun bukti bahwa suatu penelitian telah dilakukan. Laporan sangat berguna untuk bahan acuan penelitian lanjutan ataupun sebagai pedoman bagi pelaksanaan (implementasi) tindakan kelas oleh guru yang relevan. Pada prinsipnya laporan adalah kelanjutan dari proposal. Sebagaian besar isi laporan adalah sama dengan proposal, hanya ditambahkan abstrak, hasil penelitian, dan kesimpulan dan saran. Pada PTK kemungkinan sering terjadi pengadaptasian, sehingga memungkinkan ada perubahan. Susunan laporan PTK secara umum adalah :        

A. Bagian Awal, dapat terdiri atas:

1. Halaman Sampul

Sampul bertuliskan judul laporan, peneliti dan instansi peneliti, serta kota dan tahun penulisan laporan.

2. Halaman Pengesahan

Halaman pengesahan berisi judul penelitian, nama peneliti, tanggal pengesahan, dan tandatangan yang mengesahkan.

3. Abstrak

Abstrak merupakan sari  dari isi laporan yang disajikan secara sederhana sehingga dapat merangsang pembaca untuk membaca isi laporan lebih lanjut. Isi abstarak meliputi judul, tujuan, metode, dan hasil penelitian.

4. Kata Pengantar

Kata Pengantar berisi kata-kata hantaran tentang isi laporan penelitian, serta ucapan terima kasih kepada pihak yang membantu pelaksanaan maupun penyelesaian penelitian.

5. Daftar Isi

Daftar isi berisi daftar nama Bab dan Sub bab beserta halaman yang memuat bab dan sub bab tersebut.

B. Bagian Batang Tubuh (Inti) Laporan,  dapat terdiri atas:

Bab I. Pendahuluan

a. Latar Belakang

b. Rumusan Masalah

c. Tujuan Penelitian

d. Manfaat Penelitian

 Bab II. Kajian Pustaka

a. Tanjauan kepustakaan

b. Kerangka berfikir

c. Hipotesis tindakan

Bab III. Metode Penelitian

a. Seting penelitian

b. Subjek penelitian

c. alat-alat pengumpulan data

d. rencana tindakan

e. Jenis dan sumber data

f. Teknik pengumpulan data

g.Teknik analisa data

h. Kriteria evaluasi dan refleksi

Bab IV Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian dan temuan-temuan. Tampilan dalam bab ini dapat dilengkapi dengan gamabr-gamabar atau grafik dan tabel-tabel. Bab hasil penelitian dapat dibagi ke dalam beberapa sub bab sesuai dengan jumlah permasalahan yang didapatkan dari hasil penelitian.

Bab V. Kesimpulan dan Saran

a. Kesimpulan

Kesimpulan merupakan inti sari hasil penelitian maupun  temuan-temuan. Tampilan dapat dibuat dengan cara pemberian nomor kesimpulan sesuai dengan jumlah hasil temuan penelitian atau dapat dibuat dalam beberapa kalimat atau alinea.

b. Saran

Saran merupakan usulan yang dapat diterapkan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran. Saran hendaknya didasarkan pada hasil dan atau temuan penelitian.

B.    Bagi Akhir, dapat terdiri atas:

Daftar Pustaka

Lampiran

Berisi bahan-bahan yang menunjang penelitian, misalnya data sekunder, peta, foto, grafik dan lain-lain.

 

DAFTAR PUSTAKA

Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Menengah Umum, 1999, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta.

Endang Sri Rahayu, 2006, Metodologi Penelitian (Khusus tentang Penelitian KajiTindak/Action Research), Jakarta: LAM-UNJ

H.P. Achmad, 2000, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Makalah

Lexy J. Moleong, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif; Bandung: Rosdakarya

Myrnawati, 2003, Metodologi Penelitian dalam Pendidikan (Bahan Ajar), Jakarta

Robert C. Bogdan & Sari Knopp Biklen, 1990, Qualitative Researchfor Education. An introduction to Theory and Methods, (Terjemahan Munandir), Jakarta

Suharsimi Arikunto, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta; Bumiaksara

Universitas Pendidikan Indonesia. 2007. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.

1 Komentar untuk "PENELITIAN DAN TINDAKAN KELAS (PTK) (Update 2020)"

Silahkan Masukan Komentar dan saran Anda yang membangun agar blog saya bisa menjadi lebih baik. Terima kasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel