contoh Proposal Penilaian Tindakan Kelas

PROPOSAL PENILAIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
MTS RADEN FATAH PANGKAH
TAHUN 2019

 

A.  Judul penelitian

Judul penelitian yang akan kami lakukan adalah:

“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bangun Ruang Sisi Datar dengan Menggunakan Kombinasi Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Media Benda Asli Siswa Kelas VIII MTs Raden Fatah grobogwetan Tangkah Tegal”

 

B.   Mata pelajaran dan Bidang Kajian

Penilitan yang akan kami lakkukan adalah pada mata pelajaran Matematika kelas VIII dengan Kajian materi Bangun Ruang Sisi Datar Semester 2 MTs Raden Fatah Grobogwetan Pangkah Tegal

 

C.   Pendahuluan

Sebagai upaya mewujudkan pembangunan di bidang pendidikan antara lain diperlukan peningkatan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses belajar mengajar, dalam hal ini guru dan siswa. Sebagai pendidik guru harus selalu berusaha meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam memberikan materi dan pengelolaan belajar mengajar. Sedangkan siswa berusaha memahami materi dengan baik sehingga dapat menyelesaikan tugas dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.


Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model

pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang

terdiri dari 4-6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends: 1997). Menurut Lie, A. (1994), model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompok yang lain. Dengan demikian ”siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan”. Para anggota dari kelompokkelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (kelompok ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan kelompok ahli.


Oleh karena itu peneliti mengajukan penelitian dengan judul:

Upaya Peningkatan Hasil Belajar Bangun Ruang Sisi Datar dengan menggunakan Kombinasi Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dan Media Benda Asli Siswa Kelas VIII-2 MTs Raden Fatah grobogwetan Pangkah Tegal” .

 

D. Rumusan masalah

Permasalahan mendasar dalam penelitian ini adalah sebagian besar

siswa kelas VIII-2 MTs Raden Fatah grobogwetan Pangkah Tegal kurang memahami konsep bangun ruang sisi datar. Bertitik tolak dari uraian di atas, maka dirumuskan.masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

 

“Apakah penggunaan kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII-2 MTS Antah Berantah Semarang  “?

 

E.  Tujuan penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

 

Untuk mengetahui apakah penggunakan kombinasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII-2 MTS Raden Fatah Grobogwetan Pangkah Tegal

 

F.   Manfaat penelitian

a. Bagi siswa, penelitian ini yaitu penggunaan kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli, bermanfaat untuk meningkat keaktifan dalam proses pembelajaran, karena suasana pembelajaran menyenangkan, motivasi belajar siswa meningkat, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya hasil belajar bangun ruang sisi datar.


b.Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk meningkatkan proses pembelajaran pada materi bangun ruang sisi datar siswa VIII-2 MTs Raden Fatah grobogwetan Pangkah Tegal, dan menambah inovasi dan kreativitas dalam kegiatan belajar mengajar.


c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam membuat kebijakan tentang peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah, melalui pelatihan bagi guru tentang metode pengajaran dan media pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

 

G.   Hipotesis

Penelitian ini terbagi ke dalam tiga siklus, setiap sikklus dilaksanakan mengikuti prosedur perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Melalui ketiga siklus tersebut dapat diamati peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesistindakan sebagai berikut :


Penggunaan kombinasi pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli dapat meningkatkan hasil belajar bangun ruang sisi datar siswa kelas VIII-2 MTs Raden Fatah Grobogwetan Pangkah Tegal

 

H.  Kajian pustaka

1.  Hakekat Media

    Dalam proses kegiatan belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah media mengajar dan metode pengajaran. Kedua aspek ini sangat berkaitan.

Pemilihan salah satu media mengajar tentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan dikuasai siswa setelah pembelajaran yang berlangsung dan kontak pembelajaran, termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian, dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.


Mau tak mau sebagai guru atau instruktur harus mengakui bahwa guru bukanlah satu-satunya sumber belajar. Istilah proses belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar hendaknya diartikan sebagai proses belajar dalam diri siswa terjadi baik secara langsung (guru, instruktur) ataupun secara tidak langsung. Belajar tak langsung artinya siswa secara aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain. Seperti yang dikemukakan oleh Latuheru (1993:4) yang dikutip oleh Arsyad (2006:4) memberi batasan media sebagai sebuah bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan, atau pendapat, sehingga ide, gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.


Media juga seringkali diartikan sebagai alat yang dapat dilihat dan di dengar. Alat-alat ini dipakai dalam pengajaran dengan maksud untuk membuat cara berkomunikasi lebih efektif dan efisien. Dengan menggunakan alat-alat ini, guru dan siswa dapat berkomunikasi lebih mantap, hidup dan interaksinya bersifat banyak arah. Seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (1986:4) bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil yang maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut dengan media komunikasi, dalam Arsyad (2006:4). Sedangkan menurut Gagne dan Briggs (1975:4) , media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari: buku, tape recorder, benda asli atau nyata, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai), foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata lain media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, dalam Arsyad (2006:4).


Sedangkan pengertian media menurut Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) yang dikutip oleh Wijaya (1991:137) adalah bentuk-bentuk komuniaksi baik tercetak maupun audio visual serta peralatannya dan media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca, dan batasan yang diberikan dari pengertian media disini yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.

Dari beberapa pendapat diatas tentang pengertian media dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran dapat tercapai dengan sempurna, (2) media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan-tujuan belajar, (3) adapun yang disampaikan oleh guru mesti menggunakan media, paling tidak yang digunakan adalah media verbal yaitu berupa kata-kata yang diucapkannya dihadapan siswa, (4) segala sesuatu yang terdapat di lingkungan sekolah, baik berupa manusia ataupun bukan manusia yang pada permulaannya tidak dilibatkan dalam proses belajar mengajar setelah dirancang dan dipakai dalam kegiatan tersebut. Lingkungan itu berstatus media sebagai alat perangsang belajar.

2.  Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai

berikut (Lungdren, 1994):

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”

b.   Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c.   Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

 

   Menurut Thompson (1995), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran sains. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.


Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995).

Walaupun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut. Ada empat pendekatan pembelajaran kooperatif (Arends, 2001). Yang pertama adalah Student Teams Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pendekatan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Guru yang menggunakan STAD, juga mengacu kepada belajar kelompok siswa, menyajikan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu menggunakan presentasi verbal atau teks. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

Yang kedua adalah investigasi kelompok yang mungkin merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan. Berbeda dengan STAD dan jigsaw, siswa terlibat dalam perencanaan baik topik yang dipelajari maupun bagaimana jalannya penyelidikan mereka. Pendekatan ini memerlukan norma dan struktur kelas yang lebih rumit dari pada pendekatan yang lebih terpusat pada guru.

Yang ketiga adalah pendekatan struktural, pendekatan ini dikembangkan oleh Spencer Kagen dan kawan-kawannya. Meskipun memiliki banyak kesamaan dengan pendekatan lain, namun pendekatan ini memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur tugas yang dikembangkan oleh Kagen ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional, seperti resitasi, di mana guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas dan siswa memberi jawaban setelah mengangkat tangan dan ditunjuk


Yang keempat adalah Jigsaw yang pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dankemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001). Untuk melihat dengan jelas perbandingan antara keempat pendekatan pembelajaran kooperatif atau yang lebih sering disebut sebagai tipe pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 2-2.

Tabel 2.2

Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif

Pendekatan

Unsur

STAD

J I G S A W

Penyelidikan

Kelompok

Pendekatan

Struktur

Tujuan

kognitif

Informasi

akademik

sederhana

Informasi

akademik

sederhana

Informasi

akademik tingkat

tinggi dan

keterampilan

inkuiri

Informasi

Akademik

sederhana

Tujuan

Sosial

Kerja kelompok

dan kerja sama

Kerja kelompok

dan kerja sama

Kerja dalam

kelompok

kompleks

Keterampilan

kelompok dan

sosial

Struktur

Tim

Kelompok belajar

heterogen dengan

4-5 orang

anggota

Kelompok belajar

heterogen dengan

5-6 orang

anggota,

menggunakan

pola “kelompok

asal” dan

“kelompok ahli”

Kelompok belajar

dengan 5-6 orang

anggota homogen

Bervariasi,

berdua,

bertiga,

kelompok 4-6

orang anggota

Pemilihan

topik

pelajaran

Biasanya guru

Biasanya guru

Biasanya guru

Biasanya guru

Tugas

utama

Siswa dapat

menggunakan

lembar kegiatan

dan saling

membantu untuk

menuntaskan

materi belajarnya

Siswa

mempelajari

materi dalam

“kelompok ahli”,

kemudian

membantu

anggota

“kelompok asal”

mempelajari

materi itu

Siswa

menyelesaikan

inkuiri kompleks

Siswa

mengerjakan

tugas-tugas

sosial dan

kognitif

Penilaian

Tes mingguan

Bervariasi, dapat

berupa tes

mingguan

Menyelesaikan

proyek dan

menulis laporan,

dapat

menggunakan tes

uraian.

Bervariasi

Pengakuan

Lembar

pengetahuan dan

publikasi lain

Publikasi lain

Lembar

pengakuan dan

publikasi lain

Bervariasi

 

3. Pengertian Belajar

Belajar menurut Nana Sudjana (1988; 28), adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan menurut Slamento (1995; 2) Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan  tingkah laku yang baru secara keseluruhan  sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Sedangkan menurut Pasaribu (1983;59) belajar diartikan sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan, perubahan tersebut tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh pertumbuhan atau keadaan  sementara seseorang seperti kelelahan atau disebabkan oleh obat-obatan. Perubahan kegiatan yang dimaksud mencangkup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku. Perubahan ini diperoleh melalui latihan (pengalaman) bukan perubahan yang dengan sendirinya karena pertumbuhan kematangan atau karena keadaan  sementara seperti mabuk. 

Belajar menurut Engkoswara (1988; 2) adalah suatu proses perubahan tingkah laku, yaitu dalam bentuk prestasi yang telah direncanakan terlebih dahulu. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu pola penguasaan  terhadap suatu pengetahuan .

 

4. Pengertian Prestasi Belajar

Untuk  mengetahui sejauh mana proses belajar  mengajar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita (1997; 191 ) tes hasil belajar adalah   salah satu alat ukur yang paling banyak digunakan  untuk menentukan keberhasilan seseorang dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:

a)      Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari  dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan instruksional  yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.

b)     Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.

c)      Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.

d)     Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

 

A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar adalah  suatu proses yang rumit  karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus dilakukan ,  terutama bila diinginkan hasil yang lebih baik .  

I.   Prosedur penelitian

Pelaksanaan tindakan kelas ini mengikuti model dari Kemmis dan Mc Taggart (1999: 6) yang terdiri dari empat komponen utama yaitu: (a) perencanaan tindakan (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi tindakan, (d) refleksi tindakan. Tindakan yang digunakan adalah penerapan kombinasi pendekatan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan media benda asli. Selanjutnya disusunlah prosedur penelitian sebagai berikut :

1. Siklus Pertama

a).  Rencana Tindakan (Planning)

1). Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

2). Menyiapkan Instrumen Pengumpul Data

 

3). Menyiapkan Lembar Kerja Siswa

 

4).  Penjelasan Prosedur Tindakan

Tahap pendahuluan

.

Tahap inti

elakukan pengamatan atau observasi.

Tahap penutup

.

b).  Pelaksanaan Tindakan (Acting)

  Pertemuan Pertama

1). Pendahuluan :

2.)Kegiatan Inti

3) Penutup

                    Pertemuan Kedua dan Ketiga

1).Pendahuluan : _

2). Kegiatan Inti

3).Penutup

Pertemuan Keempat dan Kelima

1). Pendahuluan :             

2). Kegiatan Inti:

3).Penutup

1)Pendahuluan :

2)Kegiatan Inti

3).Penutup

 

J.    Jadwal penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2006/ 2007

1)     Persiapan pada minggu I bulan  Februari  2007

2)     Pelaksanaan tindakan I  pada bulan Februari minggu II yaitu tanggal  12,14,16

3)     Pelaksanaan tindakan II  pada bulan Februari minggu II yaitu tanggal  19, 21, 23

4)     Penyusunan data pada tanggal 24 sampai dengan 28 Februari 2007

5)     Pelaporan pada tanggal  7 Maret 200

K.  Biaya penelitian

Biaya penelitian ini di biayai oleh Swadaya Peneliti dan MTs Raden Fatah Grobogwetan Pangkah Tegal

L.  Personalia penelitian

Ketua           : Ainun Najib, S.Pd

Anggota     :     1. Mul Yusro, S.Pd

                            2. Haerudin, S.Pd

M. Daftar pustaka

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Aksara.

 

 Arsyad, Azhar. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

 

Budijastuti, Widowati. 2001. Strategi Pembelajaran Dalam Pelatihan. Surabaya:Universitas Negeri Surabaya

 

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP & MTs Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas.

 

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kalender Pendidikan Nasional.

 

Dick, W & Carey, L. 1985. The Sistematic Design of Instruction. Illionis, CH:Scott, Foreman & Company.

 

Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo. 2006. Materi Pengembangan Profesi GuruTahun 2006. Sidoarjo: Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo

 

Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Jakarta. Bumi Aksara.

 

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar.Jakarta. PT Rineka Cipta.

 

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta. PT Rineka Cipta.

 

Gagne, RM & Briggs, L. 1979. Principles of Instructional Design. Holt, Rinehart and Winston.

 

Hamalik, Oemar. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara.

 

Hamalik, Oemar. 2008. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Bumi Aksara.

 

Hamalik, Oemar. 2008. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem . Bumi Aksara.

 

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi

 

N.  Lampiran-lampiran

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ……….........

Lampiran 2 : Jadwal Pelaksanaan Penelitian...............................................

Lampiran 3 : Lembar Observasi Aspek Keaktifan Siswa…........................

Lampiran 4 : Lembar Observasi Aspek Minat Siswa..................................

Lampiran 5 : Lembar Observasi Perhatian Siswa...................................... .

Lampiran 6 : Lembar Observasi Partisipasi Siswa ……….........................

Lampiran 7 : Lembar Observasi Presentasi Siswa …..................................

Lampiran 8 : Lembar Observasi Rata-rata Kelompok untuk Aspek Minat,

Perhatian, Partisipasi, dan Presentasi ..................................

Lampiran 9 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................

Lampiran 10 : Pembagian Kelompok Ahli …………………………………

Lampiran 11 : Pembagian Kelompok Asal…………………………………

Lampiran 12 : Lembar Kerja Siswa (LKS)...................................................

Lampiran 13 : Soal Tes Hasil Belajar Bangun Ruang Sisi Datar………......

Lampiran 14 : Hasil Belajar Bangun Ruang Sisi Datar…………………….

Lampiran 15 : Foto Kegiatan Belajar Mengajar Saat Penelitian……………

 

Belum ada Komentar untuk "contoh Proposal Penilaian Tindakan Kelas "

Posting Komentar

Silahkan Masukan Komentar dan saran Anda yang membangun agar blog saya bisa menjadi lebih baik. Terima kasih

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel